Rabu, 30 November 2016

Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung.
1)      Pembelajaran secara langsung
                 Pembelajaran secara langsung menggunakan model pembelajaran yang infomasi yang ada hanya terpusat kepada guru,maka dari itu untuk pengajar atau guru di haruskan mengutamakan strategi pembelajaran yang efektif untuk melengkapi semua materi ajar agar menjadi lebih luas dan berkembang. Berikut ini beberapa model pembelajaran secara langsung:
a)     Ceramah
          Model yang berbentuk penerapan dan penuturan materi secara lisan oleh guru sebagai pusat informasi,dengan menggunakan alat bantu ajar untuk memperkuat uraian materi yang di sampaikan kepada siswa.
b)        Praktek dan latihan
          Model dengan beberapa model ajar yang di upayakan agar anak dapat berhitung cepat dengan salah satu cara yaitu latihan soal.
c)     Ekspositori     
Model ini hamper serupa dengan ceramah, akan tetapi guru bukan satu-satunya pusat informasi.
d)    Demonstrasi
            Model ini mirip dengan ceramah dan ekspositori, akan tetapi siswa harus terlibat dalam proses ini.
            Dari beberapa model di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan utama dari teknik pembelajaran ini ialah mengefisienkan materi  agar sesuai dengan waktu dan target yang di tentukan.
2)      Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif membentuk sistem pembelajaran yang di dasarkan oleh konstruktivis yang berpandangan bahwa anak di beri kesempatan agar menggunakan secara sadar strateginya sendiri dalam belajar,sedangkan guru membimbing siswa ketingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
Pembelajaran kooperatif bisa menambah unsur interaksi yang baik sesama siswa. Dalam pembelajaran kooperatif kerjasama dalam setiap kerja sama dalam kelompok sangat di junjung tinggi, karena model pembelajaran ini dengan sengaja membagi setiap siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang di dalamnya terdapat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.
Ciri dari pembelajaran kooperatif, yaitu setiap anggota/siswa yang ada di kelas selalu memiliki peran masing-masing. Berhubungan baik, hal ini di perlukan dalam setiap kegiatan yang melibatkan individu maupun kelompok untuk kelancaran proses belajar.
Rasa  tanggung jawab, tanggung jawab sangat di perlukan dan harus di bangkitkan,mengapa demikian karena pembelajarn kooperatif banyak menggunakan pembagian kelompok-kelompok kecil di dalam kelas maka secara otomatis harus ada seorang leader team yang memimpin kerjasama kelompok tersebut juga bertanggung jawab atas tugas maupun anggotanya begitu pula dengan anggota harus memiliki tanggung jawab atas tugas  yang diberikan.
Disini, guru hanya di tempatkan sebagai fasilitator, kebebasan, kreatifitas, kemampuan di berikan sepenuhnya kepada siswa. Maka dari itu dengan status guru yang sebagai fasilitator anak merasa tanggung jawabnya sangat besar untuk berusaha mengembangkan kreatifitas, menggali pengetahuannya sendiri bersama teman-temannya agar terlatih mandiri tidak kebergantungan segala informasi kepada guru. Guru diposisikan sebagai pengawas serta terkadang memberi pengarahan kepada siswa.Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001), yaitu;
a)      Student teams Achievement Division (STAD)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor,dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu padasuatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu.
b)        Group Investigation (GI)
Dirancang oleh Herbert Thelen,diperluas dan diperbaiki oleh Sharn dkk. Dibandingkan dengan metode STAD & Jigsaw, metode GI dipandang sebagai metode yg paling kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif karena melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini juga di dasari oleh pandangan kostruktivistik dan kelompok belajar kooperatif. Berdasarkan kostruktivistik,proses pembelajaran dengan group investigation memberi kesempatan seluas luasnya kepada siswa untuk terlibat langsung  dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai mempelajarinya. Group Investigation bertujuan untuk mendorong siswa untuk berkomunikasi dengan baik maupun dalam keterampilan individu atau kelompok.
c)        Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.Teknik mengajar Jigsaw sebagain metode pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pengakaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
3)   Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri
4)   Pembelajaran Kontekstual (Ctl)
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Tiga pilar yang menjadi landasan filosofis model ini :
a)        CTL mencerminkan konsep saling bergantungan.
b)        CTL mencerminkan prinsip deferensiasi.
c)        CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri
            Ada beberapa komponen pembelajaran kontekstual, yaitu:
a)        Konstruktivisme
b)        Inkuiri
c)        Bertanya
d)        Masyarakat Belajar
e)         Pemodelan
f)          Refleksi
g)         Penilaian.
5)   Pembelajaran Quantum
Proses pembelajaran quantum teaching intinya pembelajaran yang menyenangkan, kreatif tidak membosankan. Kalau semua itu tidak tercapai, guru harus ganti strategi dengan menggunakan multi media, sehingga membuat pembelajaran lebih efektif.

Proses belajar saat ini boleh dikatakan aktif, partisipatif, konstruktif, komunikatif dan berorientasi pada tujuan. Pembelajaran Quantum merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori / pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neorologi yang jauh sebelumnya sudah ada dikaitkan dengan penemuan empiris sehingga terjadi keseimbangan otak kiri dan otak kanan yang pada dasarnya anak itu mempunyai kecerdasan ganda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar