Dalam mempelajari
ontologi muncul beberapa pertanyaan yang kemudian melahirkan aliran-aliran
dalam filsafat. Dari masing-masing pertanyaan menimbulkan beberapa sudut
pandang mengenai ontologi. Pertanyaan itu berupa “Apakah yang ada itu? (What is
being?)”, “Bagaimanakah yang ada itu? (How is being?)”, dan “Dimanakah yang ada
itu? (What is being?)”
a.
Apakah yang ada itu? (What is being?)
Dalam memberikan
jawaban masalah ini lahir lima filsafat, yaitu sebagai berikut :
1.
Aliran Monoisme dalam Filsafat
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya
satu, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik yang asal berupa materi ataupun berupa ruhani. Tidak mungkin ada hakikat
masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan
sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Plato
adalah tokoh filsuf yang bisa dikelompokkan dalam aliran ini, karena ia
menyatakan bahwa alam ide merupakan kenyataan yang sebenarnya. Istilah monisme
oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi
ke dalam dua aliran :
a)
Materialisme dalam Filsafat
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu
adalah materi, bukan ruhani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme.
Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.
Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak
filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air,
karena pentingnya bagi kehidupan. Anaximander (585-528 SM) berpendapat bahwa
unsur asal itu adalah udara, dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari
segala kehidupan. Demokritos (460-370 SM) berpendapat bahwa hakikat alam ini
merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat dihitung dan amat halus.
Atom-atom itulah yang merupakan asal kejadian alam.
b)
Idealisme dalam Filsafat
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu
yang hadir dalam jiwa. Aliran ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti
ada sesuatu yang tidak tampak. Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justru
terletak dibalik yang fisik. Ia berada dalam ide-ide, yang fisik bagi aliran
ini dianggap hanya merupakan bayang-bayang, sifatnya sementara, dan selalu
menipu. Eksistensi benda fisik akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang
pada kebenaran sejati.
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada idenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.
2.
Aliran Dualisme dalam Filsafat
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya Discours de la Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia (1641). Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan Cogito Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes, ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz (1646-1716 M).
3.
Aliran Pluralisme dalam Filsafat
Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas.
Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M), yang mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal.
4.
Aliran Nihilisme dalam Filsafat
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di Rusia.
Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Mata manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia di mana ia hidup.
5.
Aliran Agnostisisme dalam Filsafat
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk
mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata
agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti unknown. A artinya
not, gno artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang
mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang
berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat
eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti, Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang
terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang
menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi
sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke
dalam sesuatu orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976
M), yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya
manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul
Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat
beradanya manusia bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang).
Jadi, agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan
manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.
b.
Bagaimanakah yang ada itu? (How is being?)
Apakah yang ada itu sebagai sesuatu yang tetap, abadi, atau berubah-ubah? Dalam
hal ini, Zeno (490-430 SM) menyatakan bahwa sesuatu itu sebenarnya khayalan
belaka. Pendapat ini dibantah oleh Bergson dan Russel. Seperti yang dikatakan
oleh Whitehead bahwa alam ini dinamis, terus bergerak, dan merupakan struktur
peristiwa yang mengalir terus secara kreatif.
c.
Di manakah yang ada itu? (Where is being?)
Aliran
ini berpendapat bahwa yang ada itu berada dalam alam ide, adi kodrati,
universal, tetap abadi, dan abstrak. Sementara aliran materilisme berpendapat
sebaliknya, bahwa yang ada itu bersifat fisik, kodrati, individual,
berubah-ubah, dan riil.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar