Manusia atau orang dapat
diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani dan
istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo Sapiens (Bahasa Latin yang berarti
"manusia yang tahu"), sebuah spesies primate dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi yang, dalam agama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup ;
dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.
Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan
penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta
perkembangan teknologinya dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk
kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Antropologi
adalah merupakan salah satu dari cabang filsafat yang mempersoalkan tentang
hakekat manusia dan sepanjang sejarahnya manusia selalu mempertanyakan tentang
dirinya, apakah ia sedang sendirian, yang kemudian menjadi perenungan tentang
kegelisahan dirinya, ataukah ia sedang dalam dinamika masyarakat dengan
mempertanyakan tentang makna hidupnya ditengan dinamika perubahan yang
kompleks, dan apakah makna keberadaannya ditengah kompleksitas perubahan itu?
Pertanyaan tentang hakekat manusia merupkan pertanyaan kuno seumur keberadaan
manusia dimuka bumi. Dalam jawaban tentang manusia tidak pernah akan selesai
dan dianggap tidak pernah sampai final dikarenakan realitas dalam keling
manusia selalu baru, meskipun dalam subtansinya tidak berubah.(Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999).
Hakekat
manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam
pandangan monoteisme, yang menccari unsur pokok yang menentujkan yang bersifat
tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam
pandangan spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan
adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan nyaitu
materi dan rohani, nyakni pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada
adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada
dalam marco kosmos atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada
kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralism yang meletakkan hakekat pada
kesatuannya semua unsur yang membentuknya. Manusia secara individu tidak pernah
menciptakan dirinya , kan tetapi bukan berarti bahwea ia tidak dapat menentukan
jalan hidup setelah kelahirannya dan eksistensinya dalam kehidupan dunia ini
mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan andil atas jawaban
mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia
hadapi. (Musa Asy’ari, Filsafat
Islam,1999)
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar