To Infinity and Beyond
Welcome to my blog. Happy reading!!
Senin, 26 Desember 2016
Tentang Benteng Vredeburg
Apa kalian pernah mendengar yang namanya Benteng Vredeburg? Orang Yogyakarta atau yang pernah berkunjung ke Yogyakarta pasti tau Benteng bersejarah ini.
Benteng Vredeburg terletak di Jl. A Yani No. 6, persis didepan Gedung
Agung atau utara titik nol kilometer. Bangunan ini dibangun oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1760, atas permintaan pemerintahan Belanda
yakni, Nicolas Harting. Bangunan mulanya hanya sebuah benteng yang berbentuk
bujur sangkar dengan tiap sudutnya memiliki tempat penjagaan disebut seleka
atau Bastion. Keempat sudut tersebut di beri nama untuk masing-masing arahnya.
Untuk Bastion yang berada di sudut barat laut dinamai Jayawisesa, Sudut timur
laut diberi nama Jayapurusa, Sudut bara daya diberi nama Jayaprakosaningprang
dan sudut tenggara diberi nama Jayaprayitna.
Pada tahun 1762 pemerintahan Nicolas Harting digantikan oleh W.H.
Ossenberch yang kemudian mengusulkan kepada Sultan untuk membuat bangunan
menjadi lebih permanen. Setelah dikabulkan oleh pihak Sultan dimulailah
pembangunannya pada tahun 1767 dan diawasi oleh ahli ilmu bangunan Belanda yang
bernama Ir. Frans Haak, bangunan ini diselesaikan pada tahun 1787.
Setelah selesai bangunan tersebut diberi nama Rustenburg yang berarti Benteng
peristirahatan. Pada tahun 1867 di Yogyakarta diguncang gempa hebat, dan benteng
Rustenburg tidak luput dari kondisi tersebut. Setelah melalui pembenahan
akhirnya Benteng ini berganti nama menjadi Benteng Vredeburg yang berarti
Benteng Perdamaian yang hingga saat ini nama itu tetap dipertahankan. Ini
merupakan cerminan bahwa benteng tersebut memaknai bentuk kedamaian hingga saat
ini.
Untuk saat ini fungsi dari Benteng Vredeburg menjadi Monumen
Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg sejak tanggal 23
November 1992. Dan sering pula difungsikan sebagai kegiatan seni dan budaya.
Benteng ini walaupun sudah berumaur ratusan tahun namun kondisinya
cukup terjaga dengan baik. Dan masih terlihat kemegahannya dimasa lalu.
Ruangan-ruangan yang ada menyimpan ratusan diorama yang menggambarkan tentang
perjuangan bangsa Indonesia hingga masa orde baru serta beberapa benda
bersejarah, foto-foto dan lukisan perjuangan nasional.
Bagi pengunjung yang ingin berkeliling dengan bersepeda dapat
menyewa sepeda onthel seharga Rp. 5.000,-. Dan tempat ini juga sudah dilengkapi
dengan hot spot area yang bisa diakses pengunjung dengan gratis. Benteng
Vredeburg mempunyai fasilitas selain free hot spot tersedia juga ruang
perpustakaan, ruang seminar, diskusi dan pelatihan serta pertemuan, Ruang
belajar kelompok, ruang tamu, Mushola, dan pemandu.
Benteng Vredeburg dibuka untuk umum setiap hari selasa sampai
dengan jum’at mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB sedangkan
sabtu dan minggu mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB, hari
libur nasional tempat ini tetap buka sedangkan setiap hari senin tutup. Untuk
tiket masuk per orang dikenai biaya sebesar Rp. 1.000,-.
Sumber :
Asal Usul Kota Serang
Raden Walangsungsang dan Putri Rarasantang adalah putra putri Prabu
Siliwangi, Raja Kerajaan Pajajaran. Prabu Siliwangi beragama Buddha. la kembali
ke agama lamanya itu setelah istrinya, Nyi Mas Subanglarang (ibunda
Walangsungsang dan Rarasantang) wafat.
Suatu ketika, Walangsungsang dan Rarasantang pergi menemui Syekh
Idlofi di Cirebon untuk belajar agama Islam, tanpa seizin sang ayah. Mereka
belajar agama Islam dengan tekun. Setelah beberapa lama, Syekh Idlofi menyuruh
Walang sungsang membuka hutan di selatan Gunung Jati untuk dijadikan sebuah
pedukuhan. Walangsungsang pun melaksanakan perintah itu. Pedukuhan itu kemudian
diberi nama Tegal Alang¬alang dan Walangsungsang dijadikan sebagai pemimpin
pedukuhan itu dengan gelar Pangeran Cakrabuana.
Pada suatu hari Syekh Idlofi memerintahkan Pangeran Cakrabuana dan
Rarasantang untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah.
Pangeran Cakrabuana dan Rarasantang pun berangkat. Di tanah suci
Mekah, mereka tak hanya berhaji, tetapi juga memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama Islam.
Rarasantang kemudian menikah dengan Sultan Syarif Abdullah, Raja
Mesir yang seorang duda. Sultan Syarif Abdullah mengganti nama Rarasantang
menjadi Syarifah Mudaim. Mereka pun dikaruniai dua orang putra, yakni Syarif
Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Sementara itu, setelah tiga tahun tinggal di
Mesir, Pangeran Cakrabuana kembali ke Cirebon. Setiba di Cirebon, dibangunnya
sebuah negeri dengan nama Caruban Larang.
Di Mesir, Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah belajar Islam dengan
rajin dan tekun. Pada saat Syarif Hidayatullah berusia dua puluh tahun, ayahnya
wafat. Sebagai anak yang paling tua, ia ditunjuk untuk menggantikan sang ayah
sebagai Raja Mesir. Namun, Syarif Hidayatullah menolak. Diserahkannya takhta
pada sang adik. Beberapa bulan kemudian, Syarif Hidayatullah dan sang ibu
kembali ke Cirebon.
Dalam perjalanan ke Cirebon itu, Syarif Hidayatullah dan ibunya
singgah di Mekah, Gujarat, serta Pasai. Tahun 1475 mereka pun tiba di Cirebon.
Pangeran Cakrabuana menyambutnya dengan sangat sukacita. Ketika itu Syekh
Idlofi sudah wafat. Syarif Hidayatullah ‘pun meneruskan jejak Syekh Idlofi
mengajarkan agama Islam.
Pangeran Cakrabuana kemudian menikahkan Syarif Hidayatullah dengan
putrinya, Pakungwati, dan mengangkatnya sebagai penguasa baru Caruban Larang.
Syarif Hidayatullah kemudian pergi ke Pajajaran untuk menemui kakeknya, Prabu
Siliwangi.
Prabu Siliwangi menyambut Syarif Hidayatullah dengan penuh kasih
dan sukacita. Ketika Syarif Hidayatullah mengajaknya masuk Islam, Prabu Siliwangi
menolak. Namun, ia tidak menghalangi Syarif Hidayatullah menyebarkan agama
Islam di wilayah Pajajaran. Syarif Hidayatullah kemudian meneruskan perjalanan.
la tiba di satu daerah persawahan di Banten.
“Serang!” seru Syarif Hidayatullah, sambil menatap kagum hamparan
padi menguning di depannya.
Ketika itu penduduk Banten sudah mengenal agama Islam dari para
pedagang Arab dan Gujarat yang berlabuh di pelabuhan Banten. Adipati Banten
menyambut baik kedatangan Syarif Hidayatullah. la juga tidak menghalangi Syarif
Hidayatullah menyebarkan agama Islam di daerah kekuasaannya. la bahkan
menikahkan Syarif Hidayatullah dengan putrinya, Ratu Kawunganten. Mereka
kemudian dikaruniai dua orang anak, Ratu Winaon dan Pangeran Sabakingking.
Pangeran Sabakingking kemudian dikenal sebagai Maulana Hasanuddin, Sultan
Banten I. Daerah persawahan tempat Syarif Hidayatullah pertama kali
menginjakkan kaki di Banten, kemudian dikenal dengan nama Serang (artinya
‘sawah’), sampai sekarang Kota Serang kini merupakan ibu kota Provinsi Banten.
Sumber :
Filosofi Permainan Gobak Sodor
Ada yang pernah main permainan yang namanya “Gobak Sodor” atau "Galasin" sama
temen-temennya? Kalau bermain permainan ini pasti membutuhkan banyak orang. Dan
kalau main permainan ini pasti ga lepas sama yang namanya teriak-teriakan, keringet
yang bercucuran, bau keringet dan pastinya bau ketek karena harus lari-larian
wkwk..
Permainan ini ternyata mempunyai makna filosofis. Permainan ini sangat menarik, menyenangkan sekaligus sangat sulit
karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika
diperlukan untuk meraih kemenangan. Nilai Spiritual dalam Permainan Gobak Sodor
selain kebersamaan, kita juga bisa belajar kerja sama yang kompak antara satu
penjaga dan penjaga lain agar lawan tidak lepas kendali untuk keluar dari
kungkungan kita. Di pihak lain bagi penerobos yang piawai, disana masih banyak
pintu-pintu yang terbuka apabila satu celah dirasa telah tertutup. Jangan putus
asa apabila dirasa ada pintu satu yang dijaga, karena masih ada pintu lain yang
siap menerima kedatangan kita, yang penting kita mau mau berusaha dan bertindak
segera. Ingatlah bahwa peluang selalu ada, walaupun terkadang nilai probabilitasnya
sedikit.
Filosofi Permainan Petak Umpet
Siapa yang dulu waktu kecil suka main petak umpet? Petak umpet ini
kayaknya permainan semua anak-anak di seluruh dunia ya. Main petak umpet
sore-sore kurang afdol kalo ga sampai azan magrib wkwk. Tapi, katanya jangan
suka main petak umpet sampai magrib karena nanti bisa digondol wewe gombel
hihi.. serem yaa!! Sebenarnya terlepas dari benar atau tidaknya mitos tersebut,
anak-anak memang tidak boleh main sampai magrib, karena magrib (petang) adalah waktunya
orang untuk beribadah bagi umat islam, dan setelah itu biasanya anak-anak
sekolah harus belajar, bukannya bermain.
Nah, ternyata permainan kita waktu kecil ini memiliki makna
filosofis loh! Apa sih makna filosofisnya..
Dalam permainan petak umpet, pemain yang sudah ditemukan akan
diseru, "Hong!"(sambil disebut namanya), maka ia harus keluar dan
tidak boleh kemana-mana. Ia harus berdiri di dekat orang yang menemukannya
untuk melihat permainan berlangsung sampai semua pemain yang sembunyi
ditemukan. Permainan tersebut adalah simbol, bahwa orang-orang yang bermain itu
adalah manusia di dunia ini. Ketika mereka akhirnya ditemukan, itu artinya
mereka sudah dipanggil kembali kepada Allah. Dan pekerjaan dia adalah menonton
manusia lain yang masih sedang "bermain" di dunia ini.
Minggu, 25 Desember 2016
Filosofi Permainan Engklek
Permainan Tradisional Engklek sering disebut juga sebagai
permainan tradisional Sunda Manda. Engklek merupakan
sebuah permainan tradisional yang sudah banyak dikenal oleh anak-anak di
Indonesia. Telah banyak dimainkan oleh anak-anak pada masa dahulu, bahkan
sekarang ini permainan tradisional engklek juga dimainkan oleh anak-anak muda.
Permainan Tradisional Engklek Dan Sejarahnya
Permainan tradisional engklek yang juga disebut dengan sunda manda ini diyakini mempunyai nama asli ‘Zondag Maandag’ yang merupakan bahasa Belanda. Jadi berdasar sejarahnya memang permainan tradisional engklek ini masuk ke Indonesia melalui Belanda yang pada masa lalu menjajah Indonesia. Diyakini pada masa penjajahan inilah permainan tradisional engklek dibawa masuk ke Indonesia oleh Belanda.
Memang sampai dengan saat ini tidak ada bukti sejarah yang otentik yang dapat menyimpulkan mengenai sejarah permainan tradisional engklek. Namun permainan tradisional engklek ini sudah sangat populer di kalangan anak perempuan di Eropa pada masa perang dunia. Sedangkan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda banyak dijumpai anak-anak perempuan Belanda bermain permainan tradisional engklek ini. Memang permainan ini lebih banyak dimainkan oleh anak perempuan, walaupun ternyata kemudian anak-anak lelaki pun banyak yang turut bermain permainan tradisional engklek.
Setelah Indonesia merdeka dari penjajahan, permainan tradisional engklek tetap bertahan di Indonesia dan menjadi semakin dikenal oleh anak-anak kecil di Indonesia. Begitupun dalam hal penyebarannya, semakin lama permainan tradisional engklek semakin populer dan menyebar ke seluruh pelosok negeri ini. Hingga akhirnya bisa dibilang tidak ada anak kecil yang tidak tahu permainan tradisional engklek.
Seperti Apakah Permainan Tradisional Engklek Itu?
Mungkin juga ada diantara kita yang belum tahu seperti apakah sebenarnya permainan tradisional engklek itu. Hal ini wajar karena sekarang ini permainan tradisional engklek memang telah jarang ditemukan diantara permainan anak zaman sekarang.
Pemain Dalam Permainan Tradisional Engklek
Permainan tradisional engklek biasanya dimainkan oleh anak perempuan. Jarang sekali permainan tradisional engklek dilakukan oleh anak laki-laki ataupun anak remaja. Mungkin karena permainan tradisional ini lebih identik dengan perempuan.
Engklek bisa dimainkan hanya oleh 1 orang anak saja, bisa lebih dari 1 anak, tapi bisa juga dimainkan secara beregu. Biasanya untuk permainan beregu akan dimainkan oleh 2 regu yang masing-masing terdiri dari beberapa anak.
Lapangan Untuk Permainan Tradisional Engklek
Untuk dapat memainkannya, para pemain harus memainkan engklek di halaman. Permainan ini memang sebuah permainan outdoor atau permainan yang harus dilakukan di luar rumah. Memerlukan sebuah pekarangan kecil untuk dapat memainkan permainan tradisional engklek. Diperlukan sebuah tanah pekarangan yang datar dengan ukuran kurang lebih 3 – 4 m2. Bisa di atas tanah, pelataran ubin, ataupun aspal.
Lapangan atau arena engklek biasanya berupa kotak-kotak atau persegi panjang dengan ukuran sekitar 30 – 60 cm2. Untuk membuat lapangan, anak-anak biasanya menggunakan kapur tulis, pecahan genteng, arang, atau apapun untuk menggambar lapangan engklek.
Cara Bermain Permainan Tradisional Engklek
Permainan tradisional engklek adalah sebuah permainan tradisional sederhana yang dilakukan dengan cara melemparkan sebuah pecahan genteng atau batu berbentuk pipih. Satu anak hanya akan memiliki 1 pecahan genting (kreweng) yang disebut ‘Gacuk’.
Permainan dilakukan secara bergantian. Para pemain akan mengundi urutan pemain yang akan bermain. Pemain pertama harus melemparkan pecahan gentingnya ke kotak pertama yang terdekat. Setelah itu dia harus melompat-lompat ke semua kotak secara berurutan hanya degan menggunakan 1 kaki, sedangkan kaki yang lainnya harus diangkat dan tidak boleh turun menyentuh tanah. Kotak yang terdapat gacuk milik pemain tersebut tidak boleh diinjak (harus dilewati). Dan pemain yang sedang bermain dengan meloncat dilarang untuk menyentuh atau menginjak garis pembatas.
Pemain permainan tradisional engklek harus meloncat ke setiap kotak sampai di ujung terjauh yang biasanya berbentuk setengah lingkaran atau kotak yang besar. Dari sana dia harus kembali dengan cara melompat lagi. Saat sampai di kotak yang terdapat gacuk miliknya, dia harus mengambil gacuk itu dengan tangannya, sementara itu sebelah kakinya harus tetap terangkat dan tidak boleh menyentuh tanah. Kemudian dia harus melanjutkan membawa gacuk tersebut sampai keluar kotak pertama.
Pemain permainan tradisional engklek yang sedang bermain harus mengulang permainan ini dengan melempar gacuk dari mulai kotak pertama terus sampai semua kotak, dan akhirnya selesai kembali ke kotak pertama lagi. Namun bagi pemain yang melanggar aturan tidak boleh melanjutkan permainan, dan digantikan oleh pemain berikutnya. Tapi dia boleh melanjutkan permainannnya setelah semua pemain mendapat giliran bermain.
Permainan selesai jika gacuk seorang pemain telah melalui semua
kotak sampai kembali lagi ke kotak pertama dengan selamat. Setelah itu pemain
tersebut akan berdiri membelakangi lapangan engklek dan melemparkan gacuk-nya
ke belakang. Jika beruntung gacuk itu akan berhenti di dalam salah satu yang
kosong. Nah kotak itu akan menjadi miliknya atau rumahnya. Tapi jika lemparan
gacuk-nya melesat keluar arena atau menyentuh garis batas, maka pemain itu
harus mengulang lemparannya setelah pemain berikutnya melempar. Nah aturan
lainnya adalah kotak yang sudah ada pemiliknya tidak boleh diinjak pemain lain
ataupun disentuh oleh gacuk pemain lain yang dilempar.
Filosofi Permainan Tradisional Engklek
Permainan tradisional engklek sebenarnya juga memiliki makna filosofis. Permainan tradisional engklek bisa diartikan sebagai simbol dari usaha manusia untuk membangun tempat tinggalnya atau rumahnya. Selain itu permainan tradisional engklek juga memiliki filosofi sebagai simbol usaha manusia untuk mencapai kekuasaan.
Namun dalam pencapaian usaha itu tentu saja manusia tidak bisa sembarangan dengan menabrak semua tata aturan yang telah ada. Namun selalu tetap berusaha selaras dengan aturan yang telah dibuat. Nah dalam permainan tradisional engklek ini juga ada aturan-aturan baku yang menjadi patokan saat bermain permainan tradisional engklek.
Sumber :
Filosofi Permainan Dakon
Ada yang tau apa sih permainan dakon itu? Kalo ga tau congklak deh
congklak. Nah baru tau kan kalo dakon itu congklak.. sebagian mungkin ada yang
udah tau kalo dakon itu congklak. Permainan ini juga merupakan salah satu
mainanku waktu kecil.
Permainan Dakon dimainkan dengan cara mengisi cekungan-cekungan
yang ada di hadapan dengan biji buah sawo atau kecik. Permainan ini
menggambarkan bahwa seorang manusia harus selalu berhati-hati dan teliti
menggunakan dan memanfaatkan kemampuannya. Apabila manusia bisa
menggunakan dan memanfaatkan apa yang dimiliki dengan baik, maka manusia
tersebut akan mendapatkan keuntungan. Manusia yang bisa selalu hemat dalam
membelanjakan keuangannya juga akan menghasilkan kesuksesan dalam bidang
ekonomi. Hal ini digambarkan dengan perjalanan hidup manusia dengan menjatuhkan
masing-masing satu biji ke dalam cekungan yang ada di papan Dakon tersebut.
Apabila seorang anak bisa memperhitungkan permainannya dengan baik, maka dia
akan mendapatkan rejeki mengambil kecik milik lawannya untuk
dimasukkan ke dalam lumbungnya. Namun apabila anak tersebut tidak berhati-hati,
maka dia akan mati langkah dan harus berhenti bermain.
Gambaran tersebut sejalan dengan perjalanan hidup manusia yang
dituntut untuk harus selalu berhati-hati menjalankann hidupnya agar bisa
mengambil keuntungan dan sukses, namun apabila manusia tersebut tidak
berhati-hati, maka sudah pasti dia akan mendapatkan kemalangan dan celaka.
Nilai-nilai posotif yang terkandung dalam permainan tradisional
anak-anak di Nusantara ini yang kemudian menuntut perhatian dan pelestarian
agar anak-anak generasi mendatang tidak melupakannya dan menggantikannya dengan
permainan modern. Permainan modern yang canggih memang dapat menggantikan
fungsi permainan tradisional untuk memberikan rasa senang pada anak-anak, namun
knyataanya permainan modern tidak dapat menggantikan nilai-nilai positif yang
terkandung dalam permainan tradisional.
Sumber :
Langganan:
Postingan (Atom)