Kenduren pada dasarnya adalah ritual selametan yakni berdoa bersama
yang dihadiri para tetangga dan dipimpin oleh pemuka adat atau tokoh yang
dituakan di satu lingkungan. Biasanya disajikan juga tumpeng lengkap dengan
lauk pauknya yang nantinya akan dibagikan kepada yang hadir.
Dalam tradisi Jawa, Kenduren sendiri terdiri dari berbagai jenis.
Kenduren Wetonan, Sabanan, Likuran, Badan, Ujar, dan Muludan.
Kendurenan Wetonan merupakan selametan yang dilakukan pada hari lahir.
Hal in ini juga kerap dilakukan hampir setiap warga. Tidak semua anggota
keluarga dilakukan tradisi Kenduren Weton saat ia merayakan hari lahir.
Biasanya satu keluarga hanya merayakan satu kali wetonan yakni pada saat hari
lahir anak tertua dalam keluarga tersebut.
Dalam kenduri tiap orang menjadi “kita”. Kepala desa, siapa pun
dia, apa pun agama dan aliran politiknya, dia itu “kita”. Dan karena itu maka
dia wajib didukung, kelemahannya ditutup, kekurangannya ditambah, aibnya jangan
dibeberkan ke mana-mana karena bukankah aib kepala desa juga aib “kita”.
Pada dasarnya pesan yang tersirat dalam tiap jenis kenduri di desa
adalah mengkukuhkan makna kekitaan “kita”. Kesatuan sikap dan cita-cita bersama
diteguhkan kembali. Dan bila ada —memang ada saja— keretakan kecil antara hati
dengan hati, maka melalui kenduri persatuan diperketat. Dengan suapan nasi,
bunyi dan isi doa, dan dengan salaman tangan yang tulus, yang retak itu
ditambal dan menjadi utuh kembali.
Kenduri merupakan mekanisme sosial untuk merawat keutuhan, dengan
cara memulihkan keretakan, dan meneguhkan kembali cita-cita bersama, sekaligus
melakukan kontrol sosial atas penyimpangan dari cita-cita bersama tadi. Kenduri
sebagai suatu institusi sosial menampung dan merepresentasikan banyak
kepentingan. Dan tiap “kita”, di sana, menemukan rasa aman. Dalam kenduri tak
ada pihak yang kalah atau dikalahkan. Di sana semua pihak terhormat. Tiap orang
menang, dan bahagia!!.
Manifestasi di lapangan
Tujuan dari kenduren itu sendiri adalah meminta selamat buat yang
didoakan, dan keluarganya. Di beberapa daerah, kenduren itu sendiri bisa
ditemui dengan jenis yang bermacam-macam, seperti:
1. Kenduren wetonan (wedalan)
Dinamakan wetonan
karena tujuannya untuk selametan pada hari lahir (weton, jawa) seseorang. Di
beberapa tempat, kenduren jenis ini dilakukan oleh hampir setiap warga,
biasanya satu keluarga satu weton yang dirayakan, yaitu yang paling tua atau
dituakan dalam keluarga tersebut. Kenduren ini di lakukan secara rutinitas
setiap selapan hari (1 bulan).
2. Kenduren munggahan
Kenduren ini menurut cerita
tujuannya untuk menaikkan para leluhur. Beberapa tempat di menybutnya sebagai
selamaten pati, artinya kenduren ini ditujukan sebagai do’a untuk ahli kubur
dari keluarga yang menggelar kenduren tersebut. Bagi sebagaian orang kenduren
ini juga biasanya dikenal sebagai kenduren/selamatan ke-7, ke-40, ke-100 dan
ke-1000 hari wafatnya seseorang.
3. Kenduren likuran
Kenduren ini dilaksanakan pada
tanggal 21 bulan Ramadhan, yang di maksudkan untuk memperingati Nuzulul Qur’an.
4. Kenduren badan (lebaran/mudunan)
Kenduren ini
dilaksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1 syawal (aboge). Kenduren
ini sama seperti kenduren Likuran, konon hanya tujuannya yang berbeda yaitu
untuk menurunkan leluhur. Yang membedakan hanya, sebelum kenduren badan,
biasanya didahului dengan nyekar ke makam leluhur dari masing-masing keluarga.
5. Kenduren ujar
Kenduren ini dilakukan oleh keluarga
tertentu yang punya maksud atau tujuan tertentu, atau yang punya ujar/omong atau cita-cita. Kenduren ini juga sering dilakukan
ketika seseorang telah memperoleh anugerah, seperti lulus sekolah, mendapatkan
pekerjaan, naik jabatan dan lain sebagainya.
6. Kenduren mauludan
Kenduren ini dilakukan pada
tanggal 12 bulan Maulud. Dalam sebagian tradisi kenduren juga dilakukan
dilakukan di hari-hari besar Islam.
Kerap kali kita jumpai dalam berbagai kesempatan di berbagai daerah
mengenai ritual kenduri ini berbeda-beda, baik dalam bentuk nama, pelaksanaan,
konsep yang dipakai bahkan menu sajiannya. Namun, dari kesekian macam ritual
tersebut mempunyai nilai subtansi yang sama, yaitu berdo’a. Baik untuk sang
empunya hajat maupun orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar