Dikisahkan ada seekor monyet yang terlihat santai di atas pohon. Melihat al tersebut, beberapa jenis angina ingin berlomba, siapa di antara mereka yang bisa menjatuhkannya. Angin kencang, angin badai, dan angin sepoi-sepoi.
Angin kencang maju pertama. Dia menerpa monyet dengan kencang,
tetapi si monyet dengan sigap berpegangan dengan kencang pula pada batang pohon
sehingga tidak jatuh. Angin kencang pun menyerah.
Giliran angin badai. Dengan kekuatan yang lebih besar lagi, dia
menerjang monyet. Tetapi, monyet bertahan mati-matian di pohon. Walaupun pohon
sudah hampir roboh, monyet tetap selamat. Akhirnya, angin badai pun menyerah.
Kini giliran angin sepoi-sepoi yang maju. Dia ditertawakan oleh
angin kencang dan angin badai. Mereka yang lebih kuat saja tidak mampu
menjatuhkan si monyet, apalagi lemah seperti angin sepoi-sepoi.
Angin sepoi-sepoi maju dengan tenang. Ditiupnya pelan-pelan wajah
si monyet. Terasa nyaman dengan angina sepoi-sepoi ini, mulailah matanya
merem-merem dan tidak beberapa lama si monyet pun tertidur dan akhirnya..
gubrak!! Si monyet pun terjatuh.
Hikmah dari kisah ini adalah kadang kita tetap kuat dan istiqomah
dalam iman islam ketika diuji dengan kemiskinan, kesulitan, penderitaan, dan
sejenisnya. Bahkan, kita semakin dekat dengan Allah karena sangat membutuhkan
pertolongan-Nya.
Tetapi kadang kita juga menjadi terlena, ketika ujian yang datang
berupa kenikmatan. Kita menjadi seakan-akan tidak membutuhkan Allah, karena
sudah mendapatkan semuanya. Ketika semakin jauh dari Allah, maka bersiaplah
kita akan semakin jauh hidayah dan bersiap untuk jatuh, baik di dunia maupun di
akhirat.
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”.
(QS. Al-Anbiya’: 35)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar