Tentu saja kita sudah tidak asing dengan istilah tumpeng. Nasi yang
dibentuk seperti kerucut dan dikelilingi sayuran dan lauk –pauk yang lezat.
Umumnya hidangan ini disajikan pada acara syukuran, misalnya pada saat perayaan
ulang tahun.
Meskipun saat ini telah disajikan dengan berbagai macam bentuk,
namun bentuk asli dari nasi tumpeng adalah kerucut yang menyerupai gunung.
Masyarakat Jawa melambangkan gunung sebagai tempat yang dekat dengan langit dan
surga. Maksudnya adalah menempatkan Tuhan pada posisi tertinggi yang menguasai
alam dan manusia. Semua yang berasal dari Tuhan dan akan kembali pula ke Tuhan.
Bentuk menggunung nasi tumpeng juga dipercaya mengandung harapan agar hidup
kita semakin naik dan memperoleh kesejahteraan yang tinggi.
Sebagai pelengkap, biasanya nasi tumpeng dihidangkan dengan sayuran
dan lauk. Sayuran yang disajikan umumnya adalah urap, kangkung, bayam, dan
kacang panjang. Sementara lauknya ayam ingkung, ikan teri, dan telur rebus.
Urap berasal dari bahasa jawa urip (hidup) yang berarti
mampu untuk menafkahi keluarga. Kangkung melambangkan sifat ulet, teguh, dan
pantang menyerah, mengingat sayur ini dapat tumbuh di darat maupun di air.
Bayam yang berwarna hijau melambangkan kehidupan yang aman dan damai. Kacang
panjang yang disajikan tanpa dipotong melambangkan umur panjang.
Untuk lauknya, ayam disajikan utuh yang merupakan lambang
ketenangan hati karena sering diartikan sebagai simbol menyembah Tuhan. Ikan
teri melambangkan kebersamaan dan kerukunan. Sementara, telur rebus biasanya
disajikan bersama kulitnya dan tidak dipotong-potong melambangkan semua
tindakan harus terlebih dahulu direncanakan (dikupas), dikerjakan sesuai
rencana sehingga membentuk suatu kesempunaan.
Bahkan, cabai yang diletakkan diujung tumpeng bukan hanya hiasan
lho! Cabai berwarna merah melambangkan api sebagai sumber penerangan atau
teladan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar