A.
Pengembangan Konsep Diri dan Harga Diri Peserta Didik
Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang
mecakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri.
Setelah ter-install, konsep diri akan masuk kepikiran bawah sadar dan akan
berpengaruh terhadap tingkat kesadaran seseorang pada suatu waktu.
1. Konsep Diri dan Harga Diri
Menurut Santrock (1998), self-esteem adalah dimensi
penilaian yang menyeluruh Dri diri. Self-esteem juga sering disebut dengan
self-worth atau self-image. Sedangkan, self-concept adalah penilaian terhadap
domain yang spesifik.
Sedangkan menurut Gilmore (dalam Akhmad Sudrajad), harga
diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang
diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Sementara itu, Buss (1973)
memberikan pengertian harga diri (self esteem) sebagai penilaian individu
terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.
Para ahli pun berbeda pendapat dalam menerapkan
dimensi-dimensi konsep diri. Namun secara umum, para ahli menyebutkan 3 dimensi
diri. Meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Calhoun dan Acocella (199-)
misalnya, menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita
ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan
memberikan gambaran tentang diri saya.
b. Harapan
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan
atau diri yang dicita-citakan di masa depan. Kita juga mempunyai pengharapan
bagi diri kita sendiri, penghargaan ini merupakan diri-ideal(self-ideal) ata
diri yang dicita-citakan.
c. Penilaian
Dimensi ketiga dalam konsep diri adalah penilaian kita
terhadap diri sendiri. Menurut Calhoun dan Acocela(1990), setiap hari kita
berperan sebagai penilaian tentang diri sendiri, menilai apakah kita
bertentangan dengan : (1) pengaharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat
menjadi apa);(2) sandaran yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya
seharusnya menjadi apa).
2. Konsep Diri dalam Prestasi
Belajar
Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa
konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (1972)
misalnya, mengemukakan banyak peneliti yang membuktikan hubungan positif yang
kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah.
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri atau
prestasi belajar, Fink (dalam Burns, 1982) melakukan penelitian dengan
menggunakan sejumlah siswa laki-laki dan siswa perempuan yang dipasangkan
berdasarkan tingkat inteligensi mereka, selain itu mereka juga digolongkan
berdasarkan prestasi belajar mereka, yaitu kelompok prestasi lebih (overachievers)
dan kelompok prestasi kurang (underachievers).
B.
Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
Anak yang tumbuh
dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau negatif, ditambah dengan
lingkungan yang kurang mendukung cenderung mempunyai konsep diri yang negatif.
Hal ini adalah karena ank cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia
alami dan yang ia dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungannya memberikan
sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga
perkembangan konsep diri yang positif.
1. Karakteristik Konsep Diri Anak
Usia Sekolah Dasar
Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan konsep diri
anak selama bertahun-tahun sekolah dasar dapat dilihat sekurang-kurangnya dari
tiga karateristik konsep diri berikut.
a. Karateristik Internal. Berbeda dengan anak-anak
prasekolah, anak usia sekolah dasar lebih memahami dirinya melalui karakter
internal dirinya melalui karakteristik eksternal.
b. Karaketistik Aspek Sosiai. Selama bettahun-tahun sekolah
dasar, aspek sosial dari pemahaman dirinya juga meningkat dalam suatu
investigasi, anak-anak sekolah dasar seringkali menjadi kelompok-kelompok
sosial sebagai acuan dalam deskripsi mereka (Liversly dan Bromley, 1983).
c. Karakteristik Perbandingan Sosial. Pemahaman diri
anak-anak usia sekolah dasar juga mengacu pada perbandingan sosial. Pada tahap
perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain,
secara komparatif daripada secara absolut.
2. Karakteristik Konsep Diri Remaja
(SMP-SMA)
Santrock (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik
penting perkembangan konsep diri pada masa remaja, yaitu sebagai berikut.
a.
Abstract and Idealistic. Gambaran tentang konsep diri yang abstrak,
misalnya dapat dilihat dari pernyataan remaja usia 14 tahun mengenai dirinya.
Meskipun tidak semua remaja menggambarkan diri mereka dengan cara yang idealis,
namun sebagian besar remaja membedakan antara diri mereka yang sebenarnya
dengan yang diidamkannya.
b.
Differentiated. Konsep diri remaja biasa menjadi semakin terdiferensiasi.
Dibandingkan dengan anak yang lebih muda, remaja lebih mungkin untuk
menggambarkan diriny sesuai dengan konteks atau situasi yang semakin
terdiferensiasi.
c.
Contradictions Within the Self. Remaja mendefinisikan dirinya ke dalam
sejumlah peran dan dalam konteks yang berbeda-beda.
d.
The Fluctuating Self. Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada
gilirannya memunculkan fluktusiasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu
yang tidak mengejutkan.
e.
Real and Ideal, True and False Selves. Kemampuan untuk menyadari adanya
perbedaan antara diri yang nyata dengan diri yang ideal menunjukan adanya
peningkatan kemampuan kognitif mereka.
C.
Implikasi Perkembangan Konsep Diri terhadap Pendidikan
Peserta didik
mengalami permasalahan disekolah pada umumnya menunjukan tingkat konsep diri
yang rendah. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah, guru perlu melakukan upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan
konsep diri peserta didik. Berikut ini beberapa strategi yang mungkin dilakukan
guru dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik.
1. Membuat siswa merasa mendapatkan dukungan dari guru
2. Membuat siswa merasa bertanggung jawab
3. Membuat siswa merasa mampu
4. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis
5. Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis
6. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara
realistis
Sedangkan
karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada
individu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu, baik fisik, mental, ataupun emosional
biasa digunakan istilah nature dan nuture. Nature adalah karakteristik individu
atau sifat khas seseorang sejak lahir atau yang diwarisi sebagai pembawaan,
sedangkan nuture adalah faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi individu
sejak masa pembuahan sampai selanjutnya. Nature dan nuture ini merupakan dua
faktor yang memengaruhi karakteristik individu, baik secara terpisah atau
terpadu dengan rangsangan yang lain, dalam hal ini proses pendidikan di sekolah
harus disesuaikan
dengan karakteristik peserat didik secara individu. Berdasarkan pemahaman ini,
secara esensial proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru adalah
menyediakan kondisi yang kondusif agar masing-masing individu peserta didik
dapat belajar secara optimal.
D.
Karakeristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Pengertian belajar adalah semua aktivitas mental atau
psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah
laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan perubahan dirinya berupa penambahan pengetahuan
atau kemahiran berdasarkan alat indera atau pengalamannya.
1. Cara Anak Belajar
Piaget (1950)
menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan
dalam beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga
ciri, yaitu sebagai berikut:
a.
Konkret, mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang
konkret, yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan iotak-atik,
dengan titik penekanan lingkungan akan menghasilkan proses dan sumber belajar.
b.
Intergratif, anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan,
mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini
melukiskan cara berfikir anak yang deduktif, yakni dari hal umum ke bagian demi
bagian.
c.
Hierarkis, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hai-hai
yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan
cakupan keluasan serta kedalaman materi.
Adapun
karakteristik pembelajaran yang perlu dilakukan terhadap anak-anak tersebut
dengan menggunakan hal berikut.
a. Belajar dan Pembelajaran Bermakna
b. Pembelajaran Tematik
Dalam kegiatan
pembelajaran guru memenuhi karakteristik belajar anak usia sekolah dasar (SD),
diperlukan motivasi dari guru, karena motivasi belajar siswa merupakan hal yang
amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa. Berikut ini
18 kiat atau cara yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa.
a.
Gunakan metode dan kegiatan yang bervariasi
b.
Jadikan siswa peserta aktif
c.
Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai
d.
Ciptakan suasana yang kondusif
e.
Berikan tugas secara proporsional
f.
Libatkan diri untuk membantu siswa mencapai hasil
g.
Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar
h.
Hindari kompetisi antar pribadi
i.
Berikan masukan
j.
Hargai kesuksesan dan keteladanan
k.
Antusias dalam mengajar
l.
Tentukan standar yang tinggi (namun realistis) bagi seluruh siswa
m.
Pemberian penghargaan untuk memotivasi
n.
Ciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas
o.
Kenali minat siswa-siswa
p.
Peduli dengan siswa-siswa
q.
Hindari penggunaan ancaman
r. Hindari
komentar buruk
DAFTAR PUSTAKA
Hosnan,M.2016.Psikologi Perkembangan Peserta
Didik.Jakarta : Ghalia Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar