Minggu, 04 Desember 2016

Biografi Thales

RIWAYAT HIDUP
Cerita ini dimulai sekitar abad ke-6 S.M. Di kalangan orang Yunani pada waktu itu dikenal seorang bijaksana bernama Thales. Dia dijuluki sebagai salah seorang dari hoi hepta sophoiyang berarti tujuh orang bijaksana. Atau dapat disebut juga The seven Wise Men, atau al-Hukama’ al-Sab’ah. Ketujuh orang itu terkenal dengan petuah-petuahnya yang pendek-pendek, seperti “Kenalilah dirimu”, “ingat akhirnya”, “jangan berlebih-lebihan (meden agan)”, dan lain-lain.
Thales sendiri dianggap sebagai orang pertama yang berpikir secara filsafat. Dalam artian lain, ini juga menyatakan bahwa Thales adalah orang pertama yang berpikir secara bijaksana dalam menyikapi sekitarnya. Aristoteles lah yang memberikan gelar sebagai filsuf pertama kepadanya.
Menurut cerita, Thales adalah seorang yang sering berlayar ke negri Mesir. Pada zaman itu memang banga Yunani di Semenanjung Balkan banyak yang menjadi perantau dan memilih hidup dari perniagaan dan pelayaran, karena tanahnya tidak subur, dan sepanjang daratan dilalui oleh bukit barisan, serta banyak teluk-teluk yang menjorok ke daratan, sehingga tidak banyak tanah yang baik untuk tempat tinggal.
Di Mesir, Thales menemukan ilmu ukur yang nantinya disebut dengan Teorema Thales dan membawanya ke Yunani. Diceritakan pula bahwa ia memiliki ilmu tentang bagaimana mengukur tinggi piramida-piramida dari bayangannya; bagaimana mengukur jauhnya kapal di laut dari sebuah pantai; ia juga mempunyai teori tentang banjir tahunan sungai Nil di Mesir. Bahkan ia juga berhasil meramalkan terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 S.M. karena itulah Thales dikenal sebagai ahli astronomi dan metafisika.
Gambaran di atas merupakan suatu bukti, bahwa perkembangan ilmiah tampaknya mulai menggantikan peranan mitor-mitor yang berkembang pada masa itu.
Thales sendiri tidak menuliskan ajaran-ajarannya. Jejak pemikiran Thales malah didapat dari tulisan-tulisan Aristoteles, dari sana lah sumber utama ajaran Thales bisa sampai kepada masyarakat luas. Dalam jejak pemikiran Thales tentang metafisika, Aristoteles menyatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta ini.
ANIMISME DAN AIR
Menurut Thales asal mula alam ini adalah air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar dari segala-galanya. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi air. Sebagai dasar pemikirannya, Thales memberikan argument yang rasional, bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang, lahir di tempat yang lembab, bakteri-bakteri hidup dan berkembang di tempat yang lembab, bakteri makan sesuatu yang lembab dan kelembaban bersumber dari air. Dari air itu terjadilah tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanah pun mengandung air.
Untuk mencari hakikat asal mula dari alam semesta ini, Thales memang melepaskan diri dari ikatan takhayun dan mitos-mitos atau kepercayaan umum di waktu itu. berdasarkan pengalamannya, baik bagi orang pesisir, sebagai saudagar yang suka berlayar di lautan, maupun pengalamannya menyaksikan kehidupan penduduk Mesir yang hidupnya bergantung kepada sungai Nil, maka semuanya dijadikan landasan berpikir untuk mencari jawaban mengenai asal mula kejadian alam ini, yakni “semuanya berasal dari air”.
Perkataan Thales tersebut memberikan pemikiran yang lebih mendalam lagi, yaitu bahwa “semuanya adalah satu”. Pikiran ini adalah pemikiran radikal dan masih baru pada zaman itu, sehingga untuk diterima oleh masyarakat sekitarnya juga agak susah.
Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada, juga yang menyebabkan akhir dari segala yang ada itu. Dunia ini diawali oleh air dan berakhir juga karena air, atau dengan perkataan filsuf, air adalah subtract (bingkai) dan substansi (isi). Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka taka da jurang pemisah antara hidup dan mati. Semuanya satu.
Kepercayaan batin Thales adalah animisme. Yaitu kepercayaan bahwa bukan hanya yang hidup saja yang mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati mempunyai jiwa. Aristoteles menamakan pendapat Thales yang meyatakan bahwa jagat raya ini memiliki jiwa dengan nama hylezoisme.

SUMBER



Tidak ada komentar:

Posting Komentar