Selasa, 20 Desember 2016

Filosofi Keraton Yogyakarta


Jalan-jalan ke Yogyakarta kurag rasanya kalo belum ke Keraton Ngayogyakartya Hadiningrat. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat oleh masyarakat umum dikenal sebagai Keraton Yogyakarta terletak di kota Yogyakarta, provinsi DIY. Keraton ini adalah istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan dibangun pada tahun 1755 oleh Pangeran Mangkubumi. Pada awal pembangunnya, Keraton Yogyakarta adalah berupa Hutan Beringan yang diapit sungai Code di sebelah timur dan sungai Winongo di sebelah barat. Tanah yang terletak diantara dua sungai ini dianggap baik karena dapat mencegah terjadinya banjir.

Wilayah Keraton Yogyakarta terbentang sejauh 7 km mulai dari Krapyak di selatan hingga Tugu di utara. Pada jarak dua tempat ini terdapat garis yang lurus yang menghubungkan satu titik dengan lainnya dan memiliki makna filosofi. Bentangan arah utara ke selatan melambangkan kelahiran manusia dari alam kandungan ke alam dunia yang fana. Arah sebaliknya yaitu dari selatan ke utara sebagai perlambang kembalinya manusia kepada sang Pencipta. Keberadaan keraton sebagai lambang jasmani dan sosok raja adalah jiwa sejati, sehingga keduanya berpadu dalam satu tubuh.

Jalur keraton menuju arah Tugu adalah perlambang hidup yang tidak akan lepas dari godaan. Lokasi Pasar Beringharjo mengandung simbol godaan wanita siap merayu setiap lelaki yang lemah imannya. Sedangkan Gedung Kepatihan melambangakan godaan manusia untuk memiliki kekuasaan sebesar-besarnya atas manusia lainnya. Pasar Beringharjo dan Gedung Kepatihan terletak di sebelah kanan.
Jalan lurus dari Keraton Yogyakarta menuju Tugu melambangkan kedekatan manusia dengan sang pencipta. Masyarakat setempat percaya bahwa Tugu adalah perlambang lingga (laki-laki) dan Krapyak adalah yoni (perempuan). Pertemuan dua garis lurus Tugu dan Krapayak tak ubahnya pertemuan lingga dan yoni yang melahirkan Keraton Yogyakarta.

Hal yang bermuatan nilai filosofi lainnya adalah Tugu dan tempat singgasana raja berada dalam satu garis lurus. Hal ini mengandung simbol pada saat raja duduk di singgasana maka beliau akan teringat kepada nasib rakyat yang berada di luar sana. Untuk memasuki keraton, setiap pengunjung harus memasuki pintu yang berlapis-lapis yang disebut regol dan berjumlah sembilan. Dari utara terdapat gerbang, pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemlagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading.


Di sekitar lokasi Keraton Yogyakarta terdapat sejumlah obyek wisata menarik. Salah satunya adalah jalan Malioboro yang sudah terkenal di seluruh Indonesia. Disini Anda bisa mencoba makanan khas Jogja seperti gudeg, lumpia, bakpia dan lain-lain. Bagi Anda yang suka berbelanja pakaian tersedia banyak kios baju dan kaos khas Jogja. Semuanya memiliki ciri khas, keunikan dan kedalaman filosofi khas Keraton Yogyakarta. Inilah salah satu tujuan wisata favorit yang harus Anda kunjungi sekaligus belajar budaya Jawa yang sarat nilai-nilai agung.

Sumber
http://pesonaglobal.blogspot.co.id/2011/06/menggali-makna-filosofi-keraton.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar