Minggu, 04 Desember 2016

Pemikiran Filsafat Aristoteles

Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan, pertama adalah ketika dia masih belajar di Akademi Plato ialah masa dimana pemikiran Aristoteles masih memiliki kedekatan pemikiran dengan Plato. Kedua adalah ketika ia mengembara. Dan ketiga adalah ketika ia memimpin Lyceum, yakni masa dimana ia menulis karyanya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting.
Terdapat perubahan yang radikal dalam pola pemikiran filsafat Aristoteles. Misalkan, pada pemikiran Plato dimana ia menyatakan realitas tertinggi adalah apa yang kita pikirkan dengan akal kita, maka sangat berbeda dengan pemikiran Aristoteles yang menyatakan realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera atau mata kita
Meski demikian, Aristoteles tidak menyangkal bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, yakni bukan sekedar akal yang masuk dan terbentuk melalui penginderaan mata maupun telinga. Dan akal inilah yang bagi Aristoteles merupakan ciri khas manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lain. Bagi Aristoteles, akal atau kesadaran manusia adalah kosong, sampai ia mengalami sesuatu, sehingga bagi Aristoteles tidak ada Idea-bawaan seperti yang dikemukakan Plato.
Pemikiran Filsafat Aristoteles hingga saat ini menjadi sangat penting. Pengaruhnya-pun terasa hingga kini. Hal ini berkat pemikiran filsafat yang dikemukakan Aristoteles berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data, sehingga dengan sangat baik Aristoteles berhasil menggabungkan (melakukan sintesis) metode empiris-induktif dan rasional-deduktif tersebut diatas.
Pemikiran Filsafat Aristoteles dapat dikatakan sebagai salah pemikiran yang orisinal, ia adalah salah satu penyumbang utama dalam bidang Filsafat Spekulatif.

Aristoteles memiliki pemikiran bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada(eksis), hal ini merupakan pemikiran yang berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda. Pemikiran lain Aristoteles adalah tentang gerak, dimana ia mengatakan bahwa semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak, yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar