Sabtu, 17 Desember 2016

Filosofi Rendang Padang

Duh siapa sih ya yang nggak tau rendang padang?? Makanan khas Minangkabau yang satu ini memang mantap banget rasanya. Bahkan, menurut polling World’s 50 Best Foods yang diadakan situs www.travel.cnn.com tahun 2011, menempatkan rendang sebagai makanan terenak di dunia mengalahkan makanan lain yang jauh lebih populer seperti pizza.

Rendang terbuat dari daging sapi yang dimasak dalam waktu berjam-jam dengan berbagai rempah sebagai bumbunya dan tidak lupa santan.

Ternyata, secara filosofi adat dan budaya Minangkabau, rendang memiliki posisi terhormat. Rendang yang terdiri atas tiga bahan pokok, yaitu daging sapi, sebagai bahan utama, melambangkan niniak mamak (paman) dan bundo kanduang (ibu) yang akan memberi kemakmuran kepada anak dan keponakan, kelapa (karambi) melambangkan kaum cerdik dan pandai, sedangkan cabai (lado) merupakan lambang dari alim ulama yang pedas, tegas untuk mengajarkan agama. Ketiga aspek bahan utama rendang itu diikat oleh bumbu yang melambangkan keseluruhan masyarakat Minangkabau.

Menurut Martion (2014) proses merendang pun memiliki makna yaitu seorang pemuda harus berkontribusi kepada masyarakat secara terus-menerus. Hal ini dianalogikan seperti adukan demi adukan pada saat merendang, mencampurkan santan dan rempah sehingga warnanya berubah menjadi kecoklatan hingga hitam yang bermakna kekuatan dalam memegang prinsip kejujuran dan kebijaksanaan.

Pasti ada ratusan bahkan ribuan lagi hidangan asli Indonesia yang memiliki makna terkandung di dalamnya. Karena makanan tak hanya soal rasa, tetapi juga makna.

Hmmmmmm . . . jadi laper!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar